OtoHub.co- Baru-baru ini beredar lagi video pengujian bensin Pertalite menggunakan alat uji RON portable, yang menunjukkan hasil kalau RON-nya ternyata bukan 90, melainkan hanya 86.
Padahal video yang pertama diunggah akun Twitter @yo2thok tersebut sudah pernah viral beberapa tahun silam, dan telah dibahas mengenai keakuratannya dalam membaca nilai RON (Research Octane Number) suatu bahan bakar.
Bukan kaleng-kaleng, yang komentar soal ini adalah Ahli Bahan Bakar dan Pembakaran Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), yakni Dr. Ing. I Tri Yuswidjajanto Zaenuri.
Menurut pria yang akrab disapa Tri ini, alat uji tersebut tidak valid.
"Untuk menguji nilai RON suatu bahan bakar, prosesnya tidak sesimpel itu," ungkapnya pada OtoHub beberapa waktu lalu.

Alat ukur RON Portabel Oktis-2
Ia lantas mengatakan kalau motode dan alat yang digunakan mengukur RON bahan bakar dalam video tersebut tidak akurat.
Tri menambahkan bahwa untuk mengukur RON harus pakai metode ASTM D2699 menggunakan alat bernama CFR Engine.
Dan alat tersebut harus mendapatkan sertifikasi CFR atau Coordinating Fuel Research.
Hal itu kata Tri sesuai dengan aturan dan spesifikasi yang berlaku di Migas.
Sedangkan alat uji yang dipakai dalam video tersebut adalah Analyzer Octane Number Meter Portable Oktis-2.
Belum lagi tidak bisa sembarangan orang yang dibolehkan mengukur oktan bahan bakar.
"Operatornya harus orang yang memiliki sertifikat dari CFR," tukasnya.

CFR Engine untuk mengukur nilai RON bahan bakar
Selain itu, lanjutnya, cara kerja alat khusus CFR engine yang berlaku secara internasional adalah dengan menduplikasi pembakaran dalam mesin.
Sehingga benar-benar teruji dan terukur seberapa kuat bahan bakar tersebut dalam menerima tekanan kompresi di ruang mesin.
Jadi, tidak asal main celup ke dalam bahan bakar kayak bikin teh celup, lalu keluar hasilnya.
Baca Juga:
Isu Pertamax Oplosan Dipatahkan, DPR Minta Pertamina Tingkatkan Pengawasan dan Transparansi
Lebih lanjut Tri menjelaskan kalau alat pengukur oktan yang beredar di pasaran, umumnya hanya mengukur sifat fisika kimia dari bahan bakar.
"Hasilnya tidak bisa dijadikan acuan," tukasnya.
Ia lantas kasih contoh sederhana dalam mengukur temperatur (suhu).
Ketika pakai thermometer Celcius, misalnya terukur di angka 100 derajat, maka saat diukur pakai thermometer Farenheit, hasilnya jadi 212 derajat. Hemm.. iya juga ya!