OtoHub.co - Mudik Lebaran menjadi ritual tahunan yang dinanti, namun juga penuh tantangan.
Kemacetan panjang, kondisi jalan yang tak selalu ideal, hingga kelelahan bisa menjadi ancaman nyata di perjalanan.
Tanpa persiapan yang matang, perjalanan mudik yang seharusnya menyenangkan bisa berubah menjadi pengalaman yang melelahkan dan berisiko tinggi.
Jusri Pulubuhu, Founder & Lead Instructor Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), menekankan bahwa kesiapan fisik dan mental pengemudi sama pentingnya dengan kondisi kendaraan.
"Jangan anggap enteng faktor kelelahan. Banyak kecelakaan terjadi bukan karena masalah teknis kendaraan, melainkan karena pengemudi yang kehilangan fokus akibat lelah," papar Jusri lewat pesan tertulis kepada OtoHub.co.
Oke, langsung saja dirinci. Pertama adalah aspek kendaraan yang harus dalam kondisi prima agar tidak mengalami kendala di tengah perjalanan.
Pemeriksaan menyeluruh wajib dilakukan sebelum berangkat, mulai dari oli mesin, air radiator, tekanan ban, hingga sistem rem dan lampu kendaraan.
Mengisi bahan bakar sebelum berangkat juga dapat menghindarkan dari antrean panjang di SPBU yang kerap terjadi di jalur mudik.
Kelengkapan dokumen juga harus dipastikan aman. SIM dan STNK yang masih berlaku, dan kartu identitas, perlu disiapkan serta dibawa dalam perjalanan mudik.
Baca Juga:
Biar Nggak Kena Macet di Jalan Tol, Perhatikan Rekayasa Lalu Lintas Mudik Lebaran 2025 Ini!
Lanjut, kondisi fisik dan mental pengemudi juga harus prima. Tidur yang cukup sebelum perjalanan sangat penting.
Karena kurang tidur dapat berdampak pada refleks dan kemampuan mengambil keputusan di jalan.
Asupan makanan juga harus diperhatikan. Makan terlalu berat sebelum berkendara bisa menyebabkan kantuk, sementara kurangnya asupan nutrisi bisa menyebabkan kelelahan lebih cepat.

Berhenti di rest area, meregangkan tubuh, atau sekadar berjalan kaki sejenak dapat membantu mengurangi kelelahan
Awas Ancaman Microsleep
Salah satu bahaya terbesar yang mengintai pemudik adalah kelelahan saat mengemudi.
Jusri Pulubuhu mengingatkan bahwa microsleep, atau kondisi di mana seseorang tertidur selama 13 detik tanpa sadar bisa berakibat fatal.
"Microsleep sering kali terjadi tanpa disadari. Pengemudi mungkin berpikir masih sadar, tetapi tubuhnya sebenarnya sudah kehilangan kontrol. Dalam hitungan detik, kecelakaan bisa terjadi," jelas Jusri.
Kelelahan yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan refleks yang lambat, salah perhitungan dalam mengambil keputusan, serta meningkatkan emosi negatif yang bisa berujung pada agresivitas di jalan.
Untuk menghindari hal ini, pemudik disarankan untuk beristirahat setiap dua hingga tiga jam sekali.
Berhenti di rest area, meregangkan tubuh, atau sekadar berjalan kaki sejenak dapat membantu mengurangi kelelahan.
Jika ada lebih dari satu pengemudi dalam kendaraan, bergantian mengemudi bisa menjadi solusi yang baik.
Selain itu, tetap terhidrasi dengan minum air putih secara cukup juga dapat membantu menjaga konsentrasi.
Nah banyak pemudik yang mengandalkan kafein untuk tetap terjaga. Namun, Jusri mengingatkan agar tidak berlebihan.
"Kafein memang bisa membantu menjaga kewaspadaan dalam jangka pendek, tetapi efeknya tidak bertahan lama. Jika dikonsumsi terlalu banyak, setelah efeknya hilang, rasa kantuk bisa datang lebih kuat," tambah pria ramah ini.
Baca Juga:
Mau Hemat Bahan Bakar, Pakai Teknik Ecodriving Selama Perjalanan Mudik, Ini Caranya!
Hadapi Kemacetan dengan Tenang
Macet saat mudik adalah hal yang hampir tidak bisa dihindari. Sayangnya, banyak pengemudi yang tidak siap secara mental menghadapi situasi ini, sehingga mudah terpancing emosi.
Padahal, kemacetan yang disertai stres dan kelelahan justru dapat memperburuk situasi dan meningkatkan risiko kecelakaan.
Salah satu cara mengatasi stres di perjalanan adalah dengan mengatur ekspektasi.
Pemudik perlu menyadari bahwa macet adalah bagian dari perjalanan, sehingga tidak perlu terpancing amarah atau frustrasi.
Mengalihkan perhatian dengan mendengarkan musik, podcast, atau audiobook bisa menjadi cara efektif untuk tetap tenang di jalan.
Selain itu, melakukan peregangan ringan juga bisa membantu menjaga tubuh tetap rileks.
Saat kendaraan berhenti dalam waktu lama, menggerakkan tangan, leher, dan kaki dapat mengurangi ketegangan otot akibat duduk terlalu lama.
Jusri juga menyarankan agar pemudik selalu mengecek kondisi lalu lintas secara real-time melalui aplikasi navigasi, sehingga bisa mencari jalur alternatif yang lebih lancar jika memungkinkan.
Terakhir, mudik bukan sekadar perjalanan jauh, tetapi momen untuk berkumpul bersama keluarga. Keselamatan harus menjadi prioritas utama agar bisa sampai tujuan dengan selamat.
"Jangan terburu-buru di jalan, jangan mengambil risiko yang tidak perlu, dan yang paling penting, selalu utamakan keselamatan. Lebih baik terlambat tiba dengan selamat, daripada tidak tiba sama sekali," pesan Jusri.
Dengan persiapan yang baik, mental yang tenang, serta strategi perjalanan yang tepat, mudik bisa menjadi pengalaman yang lebih menyenangkan dan bebas dari risiko yang tidak diinginkan.
Selamat mudik sobat OtoHub, semoga perjalanan lancar, menyenangkan, dan selamat sampai tujuan.