OtoHub - Di balik kebijakan insentif pajak mobil hybrid yang akhirnya disetujui, ada drama-drama yang menggelayuti kebijakan tersebut.
Hal ini dibongkar oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
Ia menceritakan, Pemerintah harus bekerja keras agar kebijakan ini bisa terwujud.
Salah satu langkah strategis yang akhirnya berhasil diperjuangkan adalah insentif pajak untuk mobil hybrid.
Agus menegaskan bahwa ini bukan keputusan yang mudah dan membutuhkan waktu panjang.
Yakni untuk meyakinkan berbagai pihak agar insentif ini bisa terealisasi.
"Tahun ini, alhamdulillah, setelah perjuangan yang cukup panjang, pemerintah akhirnya memutuskan memberikan insentif untuk mobil hybrid," ungkap Menperin Agus.
Kebijakan ini diharapkan bisa meningkatkan daya beli masyarakat sekaligus mendukung transisi ke kendaraan ramah lingkungan.
Insentif pajak mobil hybrid juga menjadi salah satu kebijakan pertama yang dikeluarkan di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yang menargetkan stimulus ekonomi untuk menjaga daya beli masyarakat.
Ia melanjutkan, industri otomotif bukan hanya soal kendaraan di jalan, tetapi juga berperan besar dalam menggerakkan perekonomian nasional.
"Sektor ini memiliki forward linkage dan backward linkage, yang artinya bisa memperkuat atau bahkan melemahkan perekonomian tergantung dari perkembangannya,"
"Penurunan yang kita lihat di industri otomotif tahun ini juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," jelas Menperin, dalam pembukaan gelaran IIMS 2024 (13/2/2025).
Namun, Ia menambahkan, di tengah tantangan tersebut, ada secercah harapan.
Berdasarkan data, kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB nasional meningkat dari 17,8% di kuartal ketiga 2024 menjadi 19,13% di Q4 2024.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor otomotif tetap memiliki peran penting.
"Selain itu, pertumbuhan sektor manufaktur pada 2024 mencapai 4,43%, angka yang cukup sehat di tengah gejolak ekonomi global,"
"Bahkan, sejak 2022, manufaktur selalu menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional tertinggi dengan kontribusi 0,90%, mengungguli sektor perdagangan," urai Menperin Agus.
Artinya, manufaktur tetap menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, termasuk industri otomotif di dalamnya.
Nah, ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025 terus menunjukkan tren positif dan menarik lebih banyak peserta. Pemerintah pun tidak tinggal diam dalam upaya menggairahkan industri otomotif.
Menurut Agus Gumiwang, perhatian besar pemerintah terhadap sektor ini terlihat dari hadirnya dua menteri dalam gelaran IIMS 2025.
"Kalau kita lihat data IIMS 2024, prestasinya luar biasa. Total penjualan mencapai 19.200 unit dengan nilai transaksi sekitar Rp 6,7 triliun, naik signifikan 54,5% dibandingkan tahun sebelumnya,"
"Selain itu, lebih dari 560 ribu pengunjung turut serta dalam berbagai kegiatan di pameran tersebut," jelasnya.
Namun, di sisi lain, industri otomotif masih menghadapi tantangan besar. Penjualan wholesales Januari 2025 turun 11,3% dibandingkan Desember 2024, dan angka penjualan tahunan hanya 866 ribu unit, turun 13,9% dibandingkan 2023.
"Kondisi market yang sedang lesu ini membuat kita, baik pemerintah maupun pelaku industri perlu mencari terobosan agar konsumen kembali tertarik membeli kendaraan," tambahnya lagi.