News Harryt DaguHarryt Dagu Jumat, 31 Januari 2025 15:02:45

Campuran Biosolar B40 Masih Lanjut, Ternyata Pertamina Sudah Ujicoba Biosolar 100 Persen

Campuran Biosolar B40 Masih Lanjut, Ternyata Pertamina Sudah Ujicoba Biosolar 100 Persen
ESDM

Campuran solar dan minyak sawit terus ditingkatkan. Pertamina sudah berhasil uji coba produksi Green Diesel D100 sebesar 1.000 barel per hari di Kilang Dumai, Riau, pada Juli 2020

OtoHub.co - Seperti diketahui, bahan bakar minyak biosolar B40 resmi berlaku pada 1 Januari 2025. Mandatori B40 telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 341 Tahun 2024.


Kebijakan biosolar atau biodiesel B40 sebelumnya merupakan peningkatan dari B35, yang berlaku sejak tahun 2023.


Nah ternyata, kandungan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) yang diekstrak dari minyak sawit, bakal terus ditingkatkan campurannya ke minyak solar.


Pertamina bahkan sudah berhasil melakukan uji coba produksi Green Diesel D100 sebesar 1.000 barel per hari di Kilang Dumai, Riau, pada Juli 2020 lalu.


Catatan kami, asal-usul produksi D100 di Kilang Dumai, sudah dimulai sejak 2014 dengan melakukan injeksi minyak sawit jenis Refined, Bleached, and Deodorized Palm Oil (RBDPO) secara bertahap.


Diawali dari injeksi 7,5 persen RBDPO pada Desember 2014, kemudian 12,5 persen pada Maret 2019, dan terakhir 100 persen pada Juli 2020.


Dilanjut uji coba performa melalui road test sepanjang 200 km, yakni D100. Di tahap ini turut diujicoba biosolar yang dihasilkan dari campuran Solar dengan FAME.


Pertamina mengklaim hasil campuran tersebut menghasilkan bahan bakar diesel yang lebih berkualitas dengan angka cetane number lebih tinggi, lebih ramah lingkungan dengan angka emisi gas buang yang lebih rendah.


Bahkan diklaim biosolar D100 dapat lebih hemat penggunaan bahan bakar.


"Selain pengolahan minyak sawit di Kilang Dumai, Pertamina juga akan membangun dua standalone biorefinery lainnya yaitu di Cilacap Jawa Tengah, dan Plaju Sumatera Selatan," terang Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, pada 2020 lalu.


Masih menurut Nicke, standalone biorefinery di Cilacap nantinya dapat memproduksi green energy berkapasitas 6.000 barel per hari, sedangkan di Plaju berkapasitas 20.000 barel per hari.


Kedua standalone biorefinery itu akan memproduksi Green Diesel dan Green Avtur dengan bahan baku 100% minyak nabati.


Selain Green Diesel, Pertamina juga telah berhasil melakukan uji coba produksi Green Gasoline di Kilang Plaju, dan Cilacap sejak 2019. Kemudian pada 2020 sudah mampu mengolah bahan baku minyak sawit hingga sebesar 20% injeksi.


"Mengolah minyak sawit menjadi Green Diesel sebenarnya sudah juga dilakukan oleh beberapa perusahaan lain di dunia," sambung Nicke, kala itu.


Namun, menurutnya, "Mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline dalam skala operasional baru pertama kali dilakukan di dunia, dan itu oleh Pertamina," ujarnya.


Lebih lanjut, produksi Green Diesel D100 diproses dengan bantuan katalis yang dibuat oleh putra-putri bangsa, sebagai hasil kerja sama Research & Technology Center Pertamina dan Institut Teknologi Bandung (ITB).


Yakni disebut katalis Merah Putih. Dijelaskan oleh Nicke, Pertamina bersama ITB dan PT Pupuk Kujang juga telah menandatangani kerjasama.


Yaitu pembentukan perusahaan patungan (joint venture) untuk membangun pabrik katalis nasional pertama di Indonesia.


Secara global, menurut Nicke, mulai 2030, pertumbuhan energi baru dan terbarukan diprediksi akan lebih tinggi dibandingkan energi fosil.


Oleh karena itu, lanjutnya, sangat tepat, jika sejak saat ini atau 10 tahun sebelumnya, Pertamina telah mulai menyiapkan pabrik katalis Merah Putih ini untuk mewujudkan kemandirian energi nasional.


Ke depan, ia mengatakan Pertamina tidak hanya mengembangkan green energy dari CPO atau sawit, tetapi juga dari sumber daya lainnya seperti algae, gandum, sorgum dan sebagainya.


"Pertamina akan terus mendayagunakan segala sumber daya alam domestik, untuk mendukung kemandirian dan kedaulatan energi nasional," imbuhnya lagi.

Related Article

Related Category